Pasar kripto sekali lagi menghadapi kondisi ekstrem, dengan jumlah likuidasi melampaui $19,1 miliar dalam waktu hanya 24 jam, dan lebih dari 1,6 juta akun kontrak dilikuidasi. Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) telah menjadi aset likuidasi utama, menyumbang lebih dari 70% dari total jumlah likuidasi. BTC sempat turun di bawah kisaran dukungan kunci, memicu likuidasi berantai, sementara penurunan ETH mempercepat penyebaran kepanikan pasar.
Bagi para investor, ini bukan hanya fluktuasi harga yang sederhana, tetapi merupakan guncangan komprehensif terhadap kepercayaan.
BTC dan ETH selalu menjadi barometer pasar. BTC mewakili emas digital dan penyimpanan nilai, sementara ETH melambangkan fondasi ekologi DeFi dan kontrak pintar. Kedua aset utama ini hampir tersinkronisasi dalam penurunan kali ini, mencerminkan pengetatan likuiditas pasar secara keseluruhan.
Logika di baliknya adalah:
Penurunan yang resonan dari keduanya telah mendorong seluruh pasar ke dalam "mode likuidasi rantai," yang merupakan siklus ganas dari penurunan harga → likuidasi posisi → kehabisan likuiditas → penurunan lebih lanjut.
Likuidasi ini bukan sekadar kepanikan investor ritel, tetapi dipicu oleh kombinasi siklus terlever dan spekulasi institusional.
Pertama, ada sejumlah besar dana spekulatif di pasar yang menggunakan leverage lebih dari 10 kali. Ketika fluktuasi harga melebihi ekspektasi, mekanisme likuidasi secara otomatis diaktifkan, yang menyebabkan "likuidasi berantai". Kedua, beberapa dana institusional bertaruh pada posisi pendek sebelumnya dan berkonsentrasi pada penjualan selama periode likuiditas tipis di malam hari, menciptakan "efek air terjun". Operasi ini memperbesar penurunan pasar.
Bagi investor ritel, pembalikan pasar yang cepat dan ketidakmampuan untuk mengeksekusi perintah stop-loss membuat mereka menjadi "penyedia likuiditas pasif" dalam sistem penyelesaian. Ini juga merupakan salah satu kenyataan tersulit di pasar kripto.
Kejatuhan pasar sering kali bukan disebabkan oleh berita buruk itu sendiri, tetapi lebih karena keruntuhan emosional. Selama fase puncak BTC dan ETH, investor umumnya mengalami mentalitas “takut kehilangan” (FOMO), secara membabi buta memanfaatkan dan mengejar posisi. Namun, ketika pasar tiba-tiba berbalik, keserakahan dengan cepat berubah menjadi kepanikan, yang menyebabkan “likuidasi”.
Dari perspektif psikologis, reaksi kelompok semacam ini adalah efek kawanan yang khas:
Untuk alasan ini, pasar kripto sering disebut sebagai "pasar yang dipengaruhi emosi," di mana fluktuasi jangka pendek sering kali berasal dari emosi daripada fundamental.
Setelah likuidasi sebesar 19,1 miliar USD Get Liquidated, risiko leverage jangka pendek telah secara signifikan dirilis, dan pasar telah memasuki keadaan yang relatif sehat.
Beberapa analis percaya bahwa ini mungkin menjadi titik awal untuk putaran koreksi pasar berikutnya. BTC memiliki dukungan kuat di sekitar 60,000 USD, sementara ETH diharapkan untuk mendapatkan kembali momentum di sekitar garis 2,200 USD.
Namun, siklus naik baru masih memerlukan koordinasi antara makroekonomi dan kebijakan, termasuk arah inflasi AS, penyesuaian kebijakan Federal Reserve, dan arah regulasi pasar cryptocurrency.
Dari perspektif jangka panjang, setiap likuidasi adalah "pembersihan gelembung." Setelah dana dibersihkan, pasar memiliki ruang untuk menyambut putaran peningkatan baru. Bagi investor yang rasional, ini mungkin bukan bencana, melainkan peluang baru untuk penataan.
Ang angka 19,1 miliar dolar dalam Likuidasi sangat mengejutkan, tetapi yang benar-benar layak untuk direnungkan adalah psikologi kolektif pasar. Dalam fluktuasi intens BTC dan ETH, spekulasi dan ketakutan saling berinteraksi untuk menciptakan ekologi keuangan yang kompleks. Pemenang tahap selanjutnya tidak akan menjadi mereka yang bisa kaya dalam semalam dengan leverage tinggi, tetapi lebih kepada pemain jangka panjang yang dapat tetap tenang, menguasai ritme, dan memegang posisi secara rasional sepanjang siklus pasar.
Bagikan
Konten