Saat berinvestasi di saham, rasio harga terhadap laba adalah salah satu indikator yang paling sering saya rujuk, yang dapat memberi tahu saya secara intuitif apakah suatu saham itu murah atau mahal. Namun, banyak orang memahami indikator ini hanya pada tingkat permukaan "semakin rendah angkanya semakin baik", padahal sebenarnya jauh lebih kompleks dari itu.
Konsep Dasar Rasio Price-to-Earnings (P/E)
Rasio harga terhadap laba (juga dikenal sebagai rasio PE atau PER) adalah perbandingan antara harga saham dan laba per saham (EPS). Singkatnya, itu menunjukkan berapa tahun yang dibutuhkan investor untuk mendapatkan kembali modal. Sebagai contoh, rasio harga terhadap laba TSMC saat ini sekitar 13 kali, secara teoritis dibutuhkan 13 tahun untuk mengembalikan biaya investasi.
Metode perhitungan sangat sederhana: harga saham dibagi dengan laba per saham. Misalnya, harga saham TSMC adalah 520 yuan, EPS tahunan adalah 39,2 yuan, maka rasio P/E adalah 13,3 kali.
Jenis Rasio Harga Terhadap Laba
Berdasarkan jenis EPS yang digunakan, rasio harga terhadap laba dapat dibagi menjadi tiga jenis:
Rasio Price to Earnings Statik: Dihitung dengan EPS tahunan, tetap tidak berubah sebelum laporan keuangan baru dirilis.
Rasio Harga terhadap Laba (TTM): Dihitung dengan total EPS dari empat kuartal terbaru, diperbarui seiring dengan dirilisnya laporan keuangan baru.
Perkiraan Rasio Harga terhadap Laba: Dihitung menggunakan EPS masa depan yang diperkirakan oleh analis
Saya pribadi percaya bahwa rasio harga terhadap pendapatan yang bergerak memiliki nilai referensi yang paling berharga, karena ia mencerminkan kinerja terbaru dan tidak penuh dengan ketidakpastian seperti rasio harga terhadap pendapatan yang diperkirakan.
Apa rasio harga terhadap laba yang wajar?
Masalah ini tidak memiliki jawaban standar, tergantung pada tingkat pertumbuhan laba perusahaan. Sebuah perusahaan yang memiliki pertumbuhan laba 30% setiap tahun, rasio harga terhadap laba 30 kali mungkin sangat masuk akal; sedangkan perusahaan yang stagnan dalam laba, bahkan rasio harga terhadap laba 10 kali pun bisa dianggap terlalu tinggi.
Saya menemukan metode yang paling praktis adalah:
Perbandingan Sebaya: Dibandingkan dengan perusahaan dalam industri yang sama atau bisnis serupa.
Perbandingan Sejarah: dibandingkan dengan rentang rasio harga terhadap laba perusahaan itu sendiri
Perlu dicatat bahwa perbedaan rasio harga terhadap laba yang wajar sangat besar di berbagai industri. Sebagai contoh, rata-rata rasio harga terhadap laba di industri pelayaran di pasar saham Taiwan mungkin hanya 1,8 kali, sementara industri otomotif bisa mencapai 98,3 kali.
Rasio Pertumbuhan Manfaat (PEG) yang Lebih Praktis
Hanya melihat rasio harga terhadap laba dapat menyebabkan kesalahan penilaian, saya lebih suka menggunakan rasio pertumbuhan harga terhadap laba (PEG) untuk mengevaluasi:
PEG = Price Earning Ratio ÷ Tingkat Pertumbuhan Laba Tahunan (%)
Umumnya dianggap:
PEG = 1, harga saham wajar
PEG < 0.75, harga saham dianggap undervalued, dapat dipertimbangkan untuk membeli
PEG > 1.2 saat, harga saham terlalu tinggi, dapat dipertimbangkan untuk dijual
Sebagai contoh, Perusahaan A memiliki rasio P/E 12 kali, tingkat pertumbuhan 5%, PEG adalah 2,4; Perusahaan B juga memiliki rasio P/E 12 kali, tetapi tingkat pertumbuhannya 20%, PEG hanya 0,6. Jelas bahwa Perusahaan B lebih layak untuk diinvestasikan.
Keterbatasan Rasio Price-to-Earnings (P/E)
Saya harus mengingatkan semua orang, rasio harga terhadap laba bukanlah indikator yang serba bisa:
Abaikan utang: Tidak mempertimbangkan tingkat utang perusahaan, perusahaan dengan utang tinggi memiliki risiko yang lebih besar.
Sulit untuk mendefinisikan tinggi rendah: Rasio harga terhadap pendapatan yang tinggi mungkin disebabkan oleh penurunan keuntungan sementara, atau bisa jadi pasar optimis terhadap pertumbuhan di masa depan.
Tidak berlaku untuk perusahaan yang belum menghasilkan keuntungan: Banyak perusahaan rintisan atau perusahaan bioteknologi yang belum menghasilkan keuntungan, sehingga tidak dapat dievaluasi dengan rasio harga terhadap laba.
Selain itu, saham dengan rasio harga terhadap laba yang rendah tidak selalu akan naik, dan saham dengan rasio harga terhadap laba yang tinggi juga tidak selalu akan turun. Pasar bersedia memberikan valuasi tinggi, seringkali karena optimisme terhadap perkembangan perusahaan di masa depan.
Saran Investasi Saya
Dalam investasi nyata, saya sarankan:
Menggabungkan berbagai indikator untuk evaluasi, seperti rasio harga terhadap nilai buku (PB), rasio harga terhadap pendapatan (PS)
Mengacu pada grafik arus rasio harga terhadap laba, secara intuitif menilai di rentang valuasi mana harga saham berada.
Pertimbangkan keunggulan kompetitif perusahaan, prospek industri, dan stabilitas profitabilitas
Terakhir, ingatlah satu hal: rasio harga terhadap laba yang wajar tergantung pada tingkat pertumbuhan laba perusahaan. Jika sebuah perusahaan dapat terus tumbuh dengan cepat, meskipun rasio harga terhadap laba terlihat tinggi, itu mungkin merupakan kesempatan investasi yang baik.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Apa itu rasio harga terhadap laba? Indikator valuasi yang tidak boleh dilewatkan oleh investor
Saat berinvestasi di saham, rasio harga terhadap laba adalah salah satu indikator yang paling sering saya rujuk, yang dapat memberi tahu saya secara intuitif apakah suatu saham itu murah atau mahal. Namun, banyak orang memahami indikator ini hanya pada tingkat permukaan "semakin rendah angkanya semakin baik", padahal sebenarnya jauh lebih kompleks dari itu.
Konsep Dasar Rasio Price-to-Earnings (P/E)
Rasio harga terhadap laba (juga dikenal sebagai rasio PE atau PER) adalah perbandingan antara harga saham dan laba per saham (EPS). Singkatnya, itu menunjukkan berapa tahun yang dibutuhkan investor untuk mendapatkan kembali modal. Sebagai contoh, rasio harga terhadap laba TSMC saat ini sekitar 13 kali, secara teoritis dibutuhkan 13 tahun untuk mengembalikan biaya investasi.
Metode perhitungan sangat sederhana: harga saham dibagi dengan laba per saham. Misalnya, harga saham TSMC adalah 520 yuan, EPS tahunan adalah 39,2 yuan, maka rasio P/E adalah 13,3 kali.
Jenis Rasio Harga Terhadap Laba
Berdasarkan jenis EPS yang digunakan, rasio harga terhadap laba dapat dibagi menjadi tiga jenis:
Saya pribadi percaya bahwa rasio harga terhadap pendapatan yang bergerak memiliki nilai referensi yang paling berharga, karena ia mencerminkan kinerja terbaru dan tidak penuh dengan ketidakpastian seperti rasio harga terhadap pendapatan yang diperkirakan.
Apa rasio harga terhadap laba yang wajar?
Masalah ini tidak memiliki jawaban standar, tergantung pada tingkat pertumbuhan laba perusahaan. Sebuah perusahaan yang memiliki pertumbuhan laba 30% setiap tahun, rasio harga terhadap laba 30 kali mungkin sangat masuk akal; sedangkan perusahaan yang stagnan dalam laba, bahkan rasio harga terhadap laba 10 kali pun bisa dianggap terlalu tinggi.
Saya menemukan metode yang paling praktis adalah:
Perlu dicatat bahwa perbedaan rasio harga terhadap laba yang wajar sangat besar di berbagai industri. Sebagai contoh, rata-rata rasio harga terhadap laba di industri pelayaran di pasar saham Taiwan mungkin hanya 1,8 kali, sementara industri otomotif bisa mencapai 98,3 kali.
Rasio Pertumbuhan Manfaat (PEG) yang Lebih Praktis
Hanya melihat rasio harga terhadap laba dapat menyebabkan kesalahan penilaian, saya lebih suka menggunakan rasio pertumbuhan harga terhadap laba (PEG) untuk mengevaluasi: PEG = Price Earning Ratio ÷ Tingkat Pertumbuhan Laba Tahunan (%)
Umumnya dianggap:
Sebagai contoh, Perusahaan A memiliki rasio P/E 12 kali, tingkat pertumbuhan 5%, PEG adalah 2,4; Perusahaan B juga memiliki rasio P/E 12 kali, tetapi tingkat pertumbuhannya 20%, PEG hanya 0,6. Jelas bahwa Perusahaan B lebih layak untuk diinvestasikan.
Keterbatasan Rasio Price-to-Earnings (P/E)
Saya harus mengingatkan semua orang, rasio harga terhadap laba bukanlah indikator yang serba bisa:
Selain itu, saham dengan rasio harga terhadap laba yang rendah tidak selalu akan naik, dan saham dengan rasio harga terhadap laba yang tinggi juga tidak selalu akan turun. Pasar bersedia memberikan valuasi tinggi, seringkali karena optimisme terhadap perkembangan perusahaan di masa depan.
Saran Investasi Saya
Dalam investasi nyata, saya sarankan:
Terakhir, ingatlah satu hal: rasio harga terhadap laba yang wajar tergantung pada tingkat pertumbuhan laba perusahaan. Jika sebuah perusahaan dapat terus tumbuh dengan cepat, meskipun rasio harga terhadap laba terlihat tinggi, itu mungkin merupakan kesempatan investasi yang baik.